Langsung ke konten utama
Insomnia adalah gejala[2] kelainan dalam tidur
berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur
walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti
gangguan fungsional saat bangun.
Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.[3] Dalam terapi
tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan
menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.
Definisi
Hampir setiap orang dari
segala usia pernah mengalami masalah kurang tidur, seperti: sulit untuk tidur ,
cepat terbangun dari tidur dan tidak bisa tidur kembali, berulang kali terjaga
dari tidur, tidur dengan tidak nyaman atau gelisah. Gangguan tidur ada banyak
jenis, namun dalam bahasa ilmiah, gangguan tidur yang seperti ini disebut
dengan istilah insomnia. Semakin bertambah usia, semakin besar kemungkinan
seseorang pernah mengalami insomnia. Terutama pada lanjut usia (diatas 65
tahun) yang sebagian besar mengalami gangguan tidur, meski tidak diketahui
apakah ini adalah proses normal dari menua ataukah karena faktor lain. Gangguan
tidur demikian membuat seseorang tidak memiliki kualitas dan kuantitas (jumlah waktu) tidur yang baik.
Kategori
Insomnia dapat dibedakan
menurut durasi munculnya gangguan, sebagai berikut:
1. Transient Insomnia, yaitu insomnia yang berlangsung
kurang dari satu minggu.
2. Short -term insomnia, yaitu insomnia yang berlangsung satu hingga tiga
minggu.
3. Chronic Insomnia, yaitu insomnia yang berlangsung lebih
dari tiga minggu.
Semakin parah tingkat
gangguan maka semakin urgent
seseorang perlu melakukan konsultasi medis, baik itu kepada psikolog,
psikiater, maupun dokter. Terutama untuk kasus Chronic Insomnia. Namun untuk
Transient Insomnia masih dapat dilakukan self
help atau usaha-usaha yang dapat dilakukan sendiri untuk mengatasinya.
Mengapa insomnia penting
untuk ditangani? Karena insomnia dapat berdampak pada menurunnya totalitas /
kualitas diri seseorang dalam beraktivitas dan berfungsi (fisik, emosional, dan
intelektual) dalam hidup sehari-hari. Sehingga dapat memunculkan banyak masalah
di kesehariannya.
Bagaimana mungkin
kualitas dan kuantitas tidur seseorang bisa berdampak pada totalitas atau
kualitas diri seseorang? Ini karena tidur adalah salah satu proses yang
mengambil peranan penting dalam hidup manusia. Manusia menghabiskan 1/3 waktu
hidupnya untuk tidur. Menurut info dari
healthcommunities, bayi hampir selalu tidur di sepanjang harinya sekitar
16 jam sehari; remaja biasanya butuh waktu 9 jam sehari; sementara orang dewasa
membutuhkan waktu tidur kurang lebih 7-8 jam sehari. Ini adalah sebuah
mekanisme kuat dari dalam tubuh manusia yang bersifat natural. Sama seperti
binatang yang juga tidur pada waktu-waktu tertentu. Pernah dilakukan penelitian
oleh para ilmuwan terhadap tikus-tikus, mereka berusaha membuat tikus-tikus
tetap terjaga, salah satunya dengan jalan secara konstan menyiramkan air dingin
ke tubuh tikus, hal ini terus dilakukan akhirnya setelah 14 hari tikus-tikus
inipun mati (Dr. Nick Carr, ABC). Demikianlah tidur menjadi salah satu proses
dalam kehidupan yang penting. Ketika seseorang tidur, tubuh mengistirahatkan
diri dan berproses menciptakan kembali keseimbangan di dalamnya, ini adalah
faktor paling penting bagi kesehatan manusia baik itu kesehatan fisik maupun
mental.
Gejala
Kita sudah membicarakan
pentingnya tidur dalam proses kehidupan manusia. Namun, bukan sembarang tidur yang dimaksudkan disini. Karena hanya tidur yang
berkualitas lah yang dapat membuat proses dalam tubuh bekerja secara optimal
ketika tubuh beristirahat. Pada penderita insomnia, tidur yang berkualitas ini
belumlah tercapai. Gejala-gejala orang yang mengalami insomnia adalah antara lain:
·
Gangguan
berhubungan dengan aktivitas tidur seperti: sulit tidur, terbangun dari tidur
terlalu dini, atau sering terbangun dari sepanjang malam dan tidak bisa tidur
kembali, merasa tidak bersemangat / segar / merasa lelah setelah bangun tidur.
·
Mengalami
masalah dalam menjalani aktivitas sehari-hari akibat insomnia, seperti: turunnya
produktivitas; sering mengantuk di siang hari; sulit/kurang dapat berkonsentrasi
dan fokus; sulit mengingat / sering lupa bahkan pada hal yang baru saja dialami;
tidak dapat berpikir jernih / objektif - kesulitan memberikan pertimbangan dan
mempengaruhi penilaiannya terhadap sekitar; mengalami gangguan koordinasi otot;
kurang sigap; mengalami gangguan dalam bersosialisasi (memiliki sedikit
hubungan sosial, kurang aktif, mudah tersinggung); mengalami kecelakaan dalam berkendaraan
akibat kelelahan atau kekurangan tidur.
·
Pada
orang-orang tertentu, masalah sehari-hari semakin memburuk akibat tingkah laku
mereka sendiri yang tidak tepat dalam upaya menenangkan diri dari gangguan
insomnia, seperti: merokok, minum-minuman beralkohol dan kafeine, serta
mengkonsumsi obat-obatan (obat tidut, obat penenang) tanpa resep dokter /
kecanduan obat-obatan.
Jika anda mengalami
gejala yang disebutkan diatas berarti anda mengalami insomnia. Untuk mengetahui
tingkat insomnia yang anda alami, anda harus
memperhatikan durasi munculnya gangguan insomnia tersebut dan kenalilah
penyebab munculnya insomnia tersebut pada diri anda. Mengenal penyebab
munculnya insomnia juga dapat membantu anda dalam menentukan kategori insomnia
yang anda alami.
Penyebab
Menurut Saimak T.
Nabili, penyebab insomnia dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
penyebab transient & short-term
insomnia; dan penyebab chronic atau long-term insomnia.
Penyebab atau kondisi
yang dapat memicu transient &
short-term insomnia, antara lain:
Jet lag;
Perubahan
shift kerja;
Suara
bising mengganggu atau tidak menyenangkan seperti: suara dengkuran;
Temperatur
ruangan yang tidak nyaman (terlalu panas ataupun terlalu dingin);
Situasi
yang membuat stres (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai, dipecat,
bercerai, perpisahan);
Menderita
penyakit keras atau harus menjalani perawatan di rumah sakit;
Sedang
dalam proses penyembuhan medis, seperti: pengobatan dari penggunaan
obat-obatan, alkohol, atau kecanduan zat / obat-obatan / bahan-bahan tertentu;
Insomnia
terkait dengan ketinggian tempat, seperti di gunung.
Sementara penyebab atau kondisi yang dapat memicu chronic atau long-term insomnia, antara lain:
Kondisi Psikologis: gangguan kecemasan, stres, schizophrenia, mania
(gangguan bipolar), dan depresi. Insomnia dalam beberapa kasus menjadi
indikator seseorang yang mengalami depresi atau masalah mental.
Kondisi Fisiologis: sindrom sakit kronis, sindrom kelelahan kronis,
penyumbatan jantung atau kelumpuhan jantung, night time angina (sakit di bagian dada) akibat penyakit jantung, acid reflux disease (GERD), chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
/ penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), noctural
asthma / gangguan asthma pada malam hari, obstructive sleep apnea / penyumpatan saluran napas yang terjadi
ketika tidur, degenerative disease (penyakit
“kemunduranâ€) seperti parkinson dan alzheimer (pada kasus ini insomnia
seringkali dijadikan faktor pengambil keputusan untuk menempatkan perawatan
rumah), tumor otak, stroke, atau trauma otak.
Kelompok beresiko tinggi terkena
insomnia : travellers / para pelancong, para pekerja shift dengan shift kerja yang sering berubah-ubah,
para lanjut usia, para remaja atau pelajar dewasa muda, wanita hamil, dan
wanita menopouse.
Pengobatan medis yang terkait dengan
insomnia : obat flu dan asthma
tertentu yang bebas dijual maupun yang harus didapatkan dengan resep dokter;
pengobatan tertentu untuk tekanan darah tinggi
juga berasosiasi dengan tidur yang kurang; beberapa pengobatan yang
digunakan untuk menangani depresi, gangguan kecemasan, dan schizophrenia.
Penyebab lain: kafein dan nikotin berasosiasi dengan tidur yang
kurang; alkohol berasosiasi dengan gangguan tidur dan membuat tidur terasa
tidak menyegarkan ketika bangun di pagi hari; gangguan dari teman tidur yang
mendengkur atau tidak bisa diam (seperti: kakinya bergerak-gerak secara
periodik selama tidur) dapat membuat kamu tidak memperoleh tidur malam yang
baik / berkualitas.
Demikian kita sudah
mengetahui gejala dan penyebab / pemicu insomnia. Selanjutnya seperti sudah
disinggung diatas mengenai pentingnya menangani insomnia maka perlu kita
ketahui apa saja yang dapat dilakukan guna menangani insomnia. Untuk menangani
insomnia yang pertama-tama harus dilakukan adalah mencari tahu / menemukan
penyebab terjadinya insomnia. Setelah mengetahui penyebabnya maka sangat penting untuk mengelola dan
mengendalikan masalah tersebut. Sebab seiring dengan teratasi masalah tersebut
maka masalah insomnia pun akan terselesaikan.
Penanganan
Menurut Saimak T.
Nabili, penanganan insomnia dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan non-pharmacologic / non-medical dan pendekatan pharmacologic /
medical. Pendekatan non pharmacologic meliputi: sleep hygiene, relaxation
therapy, stimulus control, dan sleep restriction. Pendekatan-pendekatan ini
mengacu pada terapi cognitive behaviour. Dan ada juga terapi gizi yang
dikemukakan oleh Prof. DR. Ali Khomsan.
Sleep Hygiene: meliputi beberapa langkah sederhana untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas tidur, antara lain:
-
Tidur
secukupnya, sesuai waktu yang butuhkan untuk beristirahat; jangan tidur
berlebihan!
-
Berolahraga
secara teratur sedikitnya 20 menit setiap
hari, paling baik dilakukan 4-5 jam sebelum waktu tidur. Hindari
olahraga berat sebelum tidur!
-
Hindari
memaksakan diri untuk tidur
-
Tetapkan
jadwal tidur dan bangun setiap hari secara teratur (misalnya: tidur jam 10
malam dan bangun jam 5 pagi)
-
Jangan
minum minuman berkafein setelah sore (teh, kopi, soft drink, dsb) atau hentikan
minum minuman berkafein 8 jam sebelum waktu tidur. selain itu kurangi
penggunaan kafein.
-
Hindari
“night caps†atau minum alkohol
sebelum tidur
-
Jangan
merokok, terutama di malam hari. Merokok menjelang tidur dapat memicu insomnia.
Selain itu, sangat baik untuk mengurangi merokok.
-
Jangan
pergi tidur dalam keadaan lapar namun juga hindari makanan berat dan minum
berlebihan sebelum waktu tidur - hentikan makan dan mencamil 1 jam sebelum
waktu tidur
-
Sesuaikan
suasana di ruangan tidur (penerangan, temperatur, bunyi-bunyian, dsb)
-
Jangan
pergi tidur bersama dengan kekhawatiran anda; usahakan untuk menyelesaikannya
sebelum anda pergi tidur
Relaxation Therapy: teknik ini melatih otot-otot dan pikiran menjadi relax
dengan cara yang cukup sederhana seperti: meditasi dan relaksasi otot atau
mengurangi cahaya penerangan, dan memutar musik yang menyejukkan tepat sebelum
anda pergi tidur.
Stimulus Control: meliputi beberapa langkah sederhana yang dapat membantu
pasien dengan chronic insomnia,
antara lain:
-
Beranjak
tidur ketika anda merasa mengantuk
-
Jangan
menonton TV, membaca, makan, mengerjakan tugas, atau memikirkan kekhawatiran
anda di tempat tidur. Tempat tidur hanya boleh digunakan untuk tidur dan
melakukan aktivitas seksual.
-
Jika
anda tidak tertidur setelah 30 menit beranjak ke tempat tidur, maka bangunlah
dan pergi ke ruangan lain kemudian lanjutkanlah teknik relaksasi anda.
-
Aturlah
alarm jam anda untuk bangun pada waktu yang telah anda tentukan setiap pagi, lakukan
ini bahkan ketika weekends/ akhir
pekan. Jangan tidur berlebihan!
-
Hindari
tidur terlalu lama di siang hari. Batasi tidur siang anda kurang dari 15 menit
kecuali atas arahan dokter. Jika memungkinkan, pilihlah untuk menghindari tidur
siang karena ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur anda di malam
hari. Kecuali untuk kasus ganguan tidur tertentu yang justru bisa mendapatkan
keuntungan dari tidur siang - diskusikan issue ini bersama dokter anda.
Sleep Restriction: membatasi waktu anda di tempat tidur hanya untuk tidur
dapat meningkatkan kualitas tidur anda. Atur waktu tidur dan bangun secara rigid dan paksakan diri untuk bangun
ketika sudah waktunya sekalipun anda masih mengantuk. Ini akan membuat anda
tidur dengan lebih baik di malam sesudahnya sebagai ganti gangguan tidur yang
anda alami di malam sebelumnya.
Penanganan sederhana lainnya yang dapat dilakukan, antara lain: Terapi
Gizi. Menurut Prof. DR. Ali Khomsan, makanan dan minuman yang dianjurkan dalam
rangka menangani insomnia adalah:
Asupan gizi magnesium dan kalsium cukup dapat menangkal
imsonia dan mengurangi kecemasan atau stres;
Konsumsi karbohidrat kompleks seperti crackers, atau
bagel dapat merangsang rasa kantuk dan membantu anda tidur;
Segelas susu hangat dan madu dapat membuat tidur menjadi lelap;
Makan lettuce
atau selada di malam hari dapat mempercepat kantuk.
Pendekatan pharmacologic
/ medical berarti penanganan insomnia dengan menggunaan obat-obatan dan terapi medis.
Beberapa jenis obat yang digunakan dalam menangani insomnia antara lain:
Benzodiazepine
sedatives - dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur selama menggunakan
pengobatan ini;
Nonbenzodiazepine
sedatives; Ramelteon (Rozerem) - obat yang digunakan untuk menstimulasi Melatonin
receptors. melatonin - dikeluarkan oleh
kelenjar pineal dalam tubuh dan mulai mengalir ketika sinar matahari / cahaya
meredup / gelap, fungsinya adalah untuk memerintahkan tubuh untuk istirahat;
Beberapa
antidepressant - secara umum tidak terlalu membantu untuk insomnia tanpa
depresi;
Antihistamines
- menyebabkan kantuk tapi tidak meningkatkan tidur dan tidak tidak dapat
digunakan untuk menangani chronic
insomnia;
Valeriana
officinalis (Valerian) - pengobatan herbal yang digunakan di United States
namun belum ada penelitian yang mampu menunjukkan
manfaat nyatanya pada pasien yang mengalami chronic
insomnia.
Mengenai manakah yang lebih baik atau efektif dalam
menangani insomnia, apakah itu menggunakan pendekatan non pharmacologic ataukah
pharmacologic? Tidak ada jawaban rigid akan hal ini. Pada beberapa kasus
insomnia yang memang dapat ditangani tanpa perlu melibatkan penggunaan
obat-obatan maka akan lebih baik jika cukup menggunakan pendekatan non
pharmacologic. Karena dengan demikian pasien dapat terhindar dari efek samping
penggunaan obat-obatan. Namun untuk kasus-kasus insomnia tertentu (seperti:
insomnia terkait dengan gangguan psikologis berat (schizophrenic), gangguan
medis berat (kanker), dan penyalahgunaan obat / narkoba) dimana hasil maksimal atau
efektif baru bisa didapatkan dengan melibatkan pendekatan pharmacologic maka
kombinasi penggunaan kedua pendekatan non pharmacologic dan pharmacologic
menjadi solusi yang baik. Sangat rentan jika pendekatan pharmacologic tidak disertakan
dengan pendekatan non pharmacologic karena sangat mungkin muncul ketergantungan
pasien terhadap obat sementara pasien diharapkan tidak selamanya harus bergantung
pada penggunaan obat. Oleh karena itu pasien juga harus disiapkan secara mental
(kognitif dan behaviour) untuk dapat menghadapi insomnia terlepas dari
penggunaan obat .
Penyembuhan insomnia
sangat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan insomnia yang dialami,
ketepatan penanganan yang dilakukan, kondisi medis, dan partisipasi aktif orang
tersebut untuk turut serta berjuang menangani insomnia yang dialaminya.
Komentar
It’s vеry infoгmative anԁ you're simply naturally quite knowledgeable in this field. You have opened my personal sight in order to different thoughts about this specific topic with interesting and sound content.
My blog: Viagra online
Also visit my page ... viagra online