
Padahal menurut sebuah studi baru yang ditampilkan dalam jurnal Neurology ini, anak penderita migrain memiliki performa akademis yang lebih buruk ketimbang anak yang tidak kena migrain.
Bahkan studi yang dilakukan oleh tim peneliti Merck & Co., Albert Einstein College of Medicine dan Glia Institute ini juga menunjukkan bahwa anak penderita migrain berisiko 30 persen lebih tinggi mengalami penurunan performa akademis.
"Orangtua dan guru tak boleh meremehkan salah satu jenis sakit kepala ini dan memastikan anak-anak memperoleh pengobatan yang benar," ujar peneliti Dr. Marcelo E. Bigal, M.D., Ph.D seperti dilansir dari huffingtonpost, Rabu (31/10/2012).
Untuk memperoleh kesimpulan ini, peneliti melibatkan 4.571 anak dari Brazil berusia antara 5-12 tahun. Orang tua partisipan juga diminta mengisi kuesioner untuk mengetahui kondisi kesehatan si anak dan riwayat sakit kepalanya. Guru-guru partisipan juga menjawab kuesioner tentang masalah perilaku atau emosional yang mungkin dialami anak ketika di sekolah.
Ternyata 17,6 persen partisipan mengalami 'probable migrain' artinya kondisi migrain anak-anak ini tidak masuk kriteria diagnosis untuk jenis sakit kepala lainnya tapi juga tidak sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai migrain.
Selain itu, 9 persen partisipan mengalami migrain episodik sedangkan sekitar 0,5-1 persen partisipan mengalami migrain kronis atau migrain yang berlangsung selama sedikitnya 15 hari setiap bulannya.
Namun yang mengejutkan adalah semakin parah migrain yang dialami partisipan maka performa si anak di sekolah semakin buruk.
Padahal menurut Cleveland Clinic, 2 persen anak berusia 7 tahun ke bawah di AS mengalami migrain dan presentasenya naik hingga 10 persen ketika si anak mencapai usia 15 tahun.
Pada tahun 2010, New York Times juga melaporkan bahwa migrain pada anak seringkali diabaikan dan tidak dianggap serius.
"Masalahnya banyak orang berpikir jika anak-anak tak mungkin kena migrain tapi anak-anak tak seharusnya ketinggalan aktivitas dan bermasalah di sekolah hanya karena sakit kepala. Jika ini terjadi maka hal ini tak boleh diabaikan," tandas Dr. Andrew Hershey, profesor pediatrik dan neurologi sekaligus direktur pusat studi sakit kepala di Cincinnati Children’s Hospital Medical Center.
Komentar