![]() |
Sebuah obat anti kanker yang dipakai luas dalam kemoterapi berikatan
kuat dengan RNA – hingga 20 kali lebih banyak lipatan dari yang ia
lakukan dengan DNA, sebuah temuan mengejutkan yang menunjukkan
pendekatan target baru yang dapat berguna, menurut para peneliti
Universitas Oregon.
Para peneliti medis telah lama tahu
kalau cisplatin, sebuah senyawa platinum yang digunakan untuk memerangi
tumor dalam hampir 70 persen dari semua kanker manusia, berikatan
dengan DNA. Keterikatannya dengan RNA diasumsikan saja, kata kimiawan
UO Victoria J. DeRose, yang memutuskan melihat lebih dekat karena
penemuan terbaru mengenai proses sel berbasis RNA yang kritis.
“Kami melihat RNA sebagai target obat
baru,” katanya. “Kami pikir ini penemuan penting karena kita tahu kalau
RNA sangat berbeda dalam tumor daripada sel sehatnya yang biasa. Kami
pikir kalau platinum akan berikatan dengan RNA, namun RNA akan
meluruhkannya dan platinumnya akan dilempar keluar sel. Faktanya, kami
menemukan kalau platinum dipertahankan di RNA dan juga berikatan dengan
cepat, ditemukan di RNA setelah satu jam pasca perawatan.”
Penelitian yang didanai oleh UO dan National Institute of Health ini didetail dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam ACS Chemical Biology,
sebuah jurnal American Chemical Society. Pengarang selain DeRose,
anggota jurusan kimia dan Institut Biologi Molekuler UO, adalah
mahasiswa doktoral Alethia A. Hostetter dan Maire F. Osborn.
Para peneliti meletakkan cisplatin pada
sel ragi (Saccharomyces cerevisiae, organisme model eukariotik yang
banyak digunakan dalam biologi) kaya Rna yang terus membelah dengan
cepat. Mereka kemudian mengekstrak DNA dan RNA dari sel tersebut dan
mempelajari kepadatan platinum per nukleotida dengan spektrometri
massa. Lokasi spesifik ion logal diburu lebih jauh dengan metode
pembarisan detail. Mereka menemukan kalau platinum dua hingga tiga kali
lebih padat di DNA namun jauh lebih tinggi konsentrasinya di RNA.
Lebih jauh, obat ini berikatan seperti lem pada bagian tertentu RNA.
DeRose sekarang mencoba memperkuat
temuannya. “Dapatkah obat ini dibuat lebih atau kurang reaktif pada RNA
tertentu?” katanya. “Mungkinkah kita mampu memanfaatkan target baru
ini dan karenanya mengurangi efek racun dari obat?”
Sementara cisplatin efektif dalam
mengurangi ukuran tumor, penggunaannya sering tertunda karena isu efek
racun, termasuklah insufisiensi renal, tinnitus, anemia, masalah
pencernaan, dan kerusakan syaraf.
Peran luas RNA telah diremehkan sejak
lengkapnya genom manusia membuka jendela pada DNA, balok pembangun
kehidupan. Diasumsikan kalau RNA semata duta yang menyandikan aktivitas
protein. Teknologi baru, kata DeRose, telah menunjukkan kalau sejumlah
besar RNA menunjukkan berbagai fungsi berbeda pada ekspresi gen,
mengendalikannya secara khusus saat perkembangan atau penyakit,
khususnya pada sel kanker.
Dalam proyek ini, tim DeRose hanya
menjelajahi ikatan cisplatin pada dua bentuk RNA: Ribosom, dimana
konsentrasi obat tertinggi ditemukan, dan RNA duta. Ada lebih banyak
daerah untuk dilihat, kata DeRose, yang kelompoknya pada awalnya
mengembangkan pengalaman menggunakan dan memetakan aktivitas platinum
sebagai peniru logam lain dalam penelitiannya pada enzim RNA.
DeRose sekarang berencana bekerja dengan
koleganya dari UO Hui Zong, seorang biologiwan yang mempelajari
bagaimana kanker muncul, untuk memperluas penelitiannya pada sel tikus
untuk melihat apakah temuan pada RNA ragi juga terjadi. Kolaborasi
tambahan dengan kimiawan UO Michael Haley melibatkan pembuatan obat
berbasis platinum baru dengan “pegangan reaksi” yang akan memungkinkan
peneliti menarik dengan mudah obat eksperimental keluar dari sel,
sementara tertempel pada target biologis. Perkembangan baru dalam
pembarisan RNA dalam, tersedia lewat Genomic Core Facilities UO, dapat
memberikan pandangan jauh lebih luas tentang situs diam yang dipilih
platinum dalam sel.
Komentar