3. Mimikri Mullerian
Pada mulanya, fenomena mimikri Mullerian dianggap sebagai mimikri Batesian. Namun, kemudian fenomena mimikri Mullerian adalah fenomena yang berbeda sama sekali dengan mimikri Mullerian. Pada mimikri Mullerian, dua spesies yang sebenarnya sama-sama beracun atau berbahaya berbagi sinyal warna tubuh (berbahaya!) yang biasanya berupa warna-warna cerah (aposematic atau warning coloration, akan dibahas kemudian). Ahli alam Jerman, Fritz Muller menjelaskan bahwa keuntungan dari fenomena mimikri ini adalah, bahwa jika dua spesies berbagi sinyal aposematik, maka hal ini akan membingungkan predator-predator kedua spesies yang melakukan mimikri tersebut. Spesies-spesies yang berbagi tersebut disebut sebagai anggota dari kompleks Mullerian. Contoh dua spesies yang melakukan mimikri Mullerian adalah Kupu-kupu Raja, Danaus plexippus dan Kupu-kupu Viceroy, Limenitis archippus yang sama-sama berasa tidak enak, yang berbagi pola warna tubuh dan perilaku.
4. Mimikri Peckhamian
Serangga yang menerapkan mimikri jenis ini (disebut mimikri Peckhamian merujuk pada penemunya, George dan Elizabeth Peckhman) akan meniru ciri-ciri serangga yang tidak berbahaya atau mungkin berguna untuk “menipu” inang atau mangsanya, sehingga memudahkannya memangsa tanpa dicurigai oleh anggota koloni mangsanya. Contohnya misal pada tiga spesies lalat syrphid predator genus Microdon yang meniru pupa semut inangnya (genus Camponotus dan Formica). Pengamatan oleh Garnett et al (1985) membuktikan bahwa larva instar 1 dan 2 Microdon mampu menirukan morfologi, bahkan “bau” khas pupa kedua spesies semut tersebut dengan sangat mirip, sehingga memungkinkan mereka dapat memangsa pupa-pupa semut tersebut. Contoh lain adalah pada kunang-kunang Photuris betina yang mampu mengeluarkan pola kerlip cahaya yang mirip dengan pola kerlip cahaya kunang-kunang jenis Photinus. Akibatnya, kunang-kunang jantan Photinus terpikat oleh ajakan kawin si Photuris, yang berujung pada maut, karena begitu sampai, sang “betina” ternyata adalah calon pemangsanya! Yang lebih hebat lagi, dengan memangsa Photinus, betina Photuris akan mendapatkan senyawa steroid lucibufagins yang bermanfaat sebagai senyawa pertahanan dari si mangsa.
5. Mimikri Aide-Memoire
Mimikri agar organisme predator ingat dengan pengalaman buruk sebelumnya. Contoh: serangga mengeluarkan suara desis dan serangga dengan sayap seperti mata burung
Pada mulanya, fenomena mimikri Mullerian dianggap sebagai mimikri Batesian. Namun, kemudian fenomena mimikri Mullerian adalah fenomena yang berbeda sama sekali dengan mimikri Mullerian. Pada mimikri Mullerian, dua spesies yang sebenarnya sama-sama beracun atau berbahaya berbagi sinyal warna tubuh (berbahaya!) yang biasanya berupa warna-warna cerah (aposematic atau warning coloration, akan dibahas kemudian). Ahli alam Jerman, Fritz Muller menjelaskan bahwa keuntungan dari fenomena mimikri ini adalah, bahwa jika dua spesies berbagi sinyal aposematik, maka hal ini akan membingungkan predator-predator kedua spesies yang melakukan mimikri tersebut. Spesies-spesies yang berbagi tersebut disebut sebagai anggota dari kompleks Mullerian. Contoh dua spesies yang melakukan mimikri Mullerian adalah Kupu-kupu Raja, Danaus plexippus dan Kupu-kupu Viceroy, Limenitis archippus yang sama-sama berasa tidak enak, yang berbagi pola warna tubuh dan perilaku.
4. Mimikri Peckhamian
Serangga yang menerapkan mimikri jenis ini (disebut mimikri Peckhamian merujuk pada penemunya, George dan Elizabeth Peckhman) akan meniru ciri-ciri serangga yang tidak berbahaya atau mungkin berguna untuk “menipu” inang atau mangsanya, sehingga memudahkannya memangsa tanpa dicurigai oleh anggota koloni mangsanya. Contohnya misal pada tiga spesies lalat syrphid predator genus Microdon yang meniru pupa semut inangnya (genus Camponotus dan Formica). Pengamatan oleh Garnett et al (1985) membuktikan bahwa larva instar 1 dan 2 Microdon mampu menirukan morfologi, bahkan “bau” khas pupa kedua spesies semut tersebut dengan sangat mirip, sehingga memungkinkan mereka dapat memangsa pupa-pupa semut tersebut. Contoh lain adalah pada kunang-kunang Photuris betina yang mampu mengeluarkan pola kerlip cahaya yang mirip dengan pola kerlip cahaya kunang-kunang jenis Photinus. Akibatnya, kunang-kunang jantan Photinus terpikat oleh ajakan kawin si Photuris, yang berujung pada maut, karena begitu sampai, sang “betina” ternyata adalah calon pemangsanya! Yang lebih hebat lagi, dengan memangsa Photinus, betina Photuris akan mendapatkan senyawa steroid lucibufagins yang bermanfaat sebagai senyawa pertahanan dari si mangsa.
5. Mimikri Aide-Memoire
Mimikri agar organisme predator ingat dengan pengalaman buruk sebelumnya. Contoh: serangga mengeluarkan suara desis dan serangga dengan sayap seperti mata burung
Komentar